“Aku berdoa untuk cita-cita semula, yaitu cita-cita Indonesia Merdeka. Janganlah terbang Indonesia Merdeka”
Jika Fatmawati Soekarno masih hidup, beliau berusia 98 tahun pada 5 Februari 2021. Akan tetapi Fatmawati Soekarno meninggal dunia tanggal 14 Mei 1980. Semasa hidupnya beliau dikenang sebagai perempuan dan ibu yang mempunyai sifat tawakal, sederhana, rendah hati, rela berkorban dan tegas dalam berprinsip. Fatmawati Soekarno adalah seorang perempuan yang terlibat dalam perjuangan bangsanya; Ibu Negara, Pembuat Bendera Pusaka Merah Putih dan Pahlawan Nasional.
Fatmawati Soekarno dilahirkan tanggal 5 Februari 1923 pukul 12.00 di kota Bengkulu, sebagai putri tunggal keluarga Hassan Din dan Siti Chadidjah. Kehadiran bayi yang diberi nama Fatmawati itu membawa suasana gembira pada keluarga Bapak Hassan Din.
Kehidupan Hassan Din sekeluarga saat itu lebih dari cukup. Gaji besar sebagai klerk di perusahaan Belanda, NV Borsumij, lebih dari cukup untuk menghidupi keluarga. NV Borsumij adalah salah satu dari lima perusahaan besar milik pemerintah kolonial Belanda. Tetapi kebahagiaan Hassan Din sebagai juru tulis (kerani) tak mampu meredam kegelisahan yang telah lama melanda batinnya. Gelisah melihat Indonesia belum merdeka. Hassan Din memutuskan masuk menjadi anggota Muhammadiyah dan kemudian beliau menjadi pengurus Muhammadiyah.
Ternyata kegiatan Hassan Din dalam dunia pergerakan tersebut, tidak disenangi pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Dia dipanggil atasan, diminta memilih keluar dari Muhammadiyah atau meninggalkan pekerjaannya di NV Borsumij. Hassan Din menolak keluar dari Muhammadiyah, dia harus hengkang dari perusahaan tersebut.
Sejak saat itu, kehidupan Hassan Din sekeluarga merosot tajam. Fatmawati kecil merasakan beberapa kali harus berpindah rumah, termasuk pindah sekolah. Ketika berusia 6 tahun, Fatmawati menjadi siswa Sekolah Angka Dua, pendidikan rendah khusus untuk pribumi di Gedang. Hanya setahun dia belajar di sekolah itu. Kemudian tahun 1930 pindah ke Hollandsch Inlandsche School (HIS), sekolah berbahasa Belanda di Jalan Peramuan. Pagi hingga siang belajar di HIS, sore hari mengikuti Sekolah Standar Muhammadiyah di Jalan Kebon Ros, Bengkulu.
Namun ketika Fatmawati duduk di bangku kelas III HIS, Hassan Din memindahkan putrinya itu untuk sepenuhnya belajar di Sekolah Standar Muhammadiyah. Ketika ayahnya pindah ke Curup, Fatmawati yang menginjak remaja terpaksa tidak sekolah. Fat kemudian bergiat di Nasyiatul Aisyiyah, organisasi perempuan Muhammadiyah.
Tahun 1938 pemerintah kolonial memindahkan tempat pengasingan Bung Karno dari Ende ke Bengkulu. Sebagai sesama orang pergerakan, Hassan Din ingin berkenalan dengan Bung Karno. Bersama Chadidjah dan Fatma, mereka berangkat ke rumah pengasingan Bung Karno di Bengkulu. Perkenalan dengan keluarga Bung Karno ini membuka sejarah baru buat Fatmawati. Berkat bantuan Bung Karno, Fatmawati bisa sekolah di RK Vaakschool dan tinggal di rumah Bung Karno. Ketika Bung Karno bercerai dengan Inggit Garnasih pada 1943, Bung Karno menikahi Fatmawati.
Agustus 1943 Fat beserta ayahnya berangkat ke Jakarta untuk mendampingi Bung Karno berjuang mewujudkan kemerdekaan. Fatmawati yang saat itu tengah hamil, tergerak ikut menyumbang bagi perjuangan kemerdekaan. Menggunakan mesin jahit tangan, Fatmawati membuat bendera Merah Putih. Inilah bendera yang dikibarkan pada waktu Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 di Pegangsaan Timur, yang kemudian ditetapkan sebagai Bendera Pusaka.
Ketika pemerintah Republik Indonesia hijrah ke Yogyakarta pada awal 1946, Fatmawati juga turut serta. Di ibukota perjuangan itu beliau merasakan pahit getir perjuangan kemerdekaan. Fatmawati bersama-sama rakyat setempat mendirikan dapur umum bagi pejuang kemerdekaan dan petinggi Republik Indonesia.
Saat Bung Karno dan para pemimpin lainnya ditangkap tentara Belanda dan diasingkan ke Sumatera, Fatmawati harus keluar dari Gedung Agung dan tinggal di pengungsian. Meski hidup serba kekurangan, Fatmawati berusaha tegar bersama kedua putra-putrinya, Guntur Soekarnoputra dan Megawati Soekarnoputri. Bu Fat juga tak tergiur tawaran bantuan dari pemerintah Belanda. Beliau memilih hidup menderita dan membantu para pejuang kemerdekaan, sampai kedudukan Presiden Soekarno dipulihkan kembali di Yogyakarta.
Ketika pemerintah Republik Indonesia kembali ke Jakarta, Fatmawati secara resmi menjadi Ibu Negara (first lady). Kehadiran Fatmawati mewarnai kehidupan di Istana Merdeka, karena Ibu Negara yang cantik itu ternyata seorang sederhana, ceria, dan muslimah. Semakin lengkap dengan lahirnya Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, dan Guruh Sukarno Putra. Di samping menjalankan perannya sebagai Ibu Negara, Fatmawati pun sibuk membesarkan puteri-puterinya yang saat itu masih kanak-kanak dan bayi.
Sebagai Ibu Negara, Fatmawati tidak pernah mencampuri urusan pemerintahan, tapi melakukan banyak kerja sosial, termasuk membangun sebuah rumah sakit di Jakarta Selatan. Beliau juga aktif memasyarakatkan dan memajukan kesenian dan budaya Nusantara. Tidak heran, sekalipun beliau tak lagi tinggal di Istana Merdeka, pada tahun 1960-an Fatmawati dianugerahi gelar Ibu Agung oleh masyarakat.
Semasa hidup Fatmawati selalu memikirkan kejayaan Indonesia, bahkan menjelang beliau wafat pun masih memikirkan cita-cita Indonesia Merdeka. “Aku berdoa untuk cita-cita semula, yaitu cita-cita Indonesia Merdeka. Janganlah terbang Indonesia Merdeka,” begitu doa Fatmawati saat berada di Mesjid Al-Haram, Arab Saudi. Ini dikemukakan Bu Fat kepada wartawan senior Rosihan Anwar, tiga hari sebelum Fatmawati wafat.
Fatmawati Soekarno meninggal dunia tanggal 14 Mei 1980 di Kuala Lumpur, Malaysia, usai menunaikan ibadah umroh di Mekkah, Arab Saudi. Pada tahun 1994 Pemerintah Republik Indonesia menganugerahkan Bintang Mahaputera kepada beliau atas jasa-jasanya yang luar biasa bagi negara dan bangsa. Pada tahun 2000 Fatmawati Soekarno ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI, Nomor 118/TK/2000.
Kemudian atas usul masyarakat Bengkulu, nama Bandara Padang Kemiling diubah menjadi Bandara Fatmawati Soekarno dan ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Perhubungan No KP 185/2001 tanggal 18 Juli 2001.
Untuk mengenang 98 Tahun Fatmawati Soekarno, kami mengajak kader PDI Perjuangan turut serta memasang profil akun sosial media ataupun Whatsapp dengan twibbon Berkibarlah Merah Putihku.
Berikut kami lampirkan link twibbon:
https://www.twibbonize.com/hut98fatmawati01
https://www.twibbonize.com/hut98thfatmawati02
Cara memasukkan foto profile ke dalam Twibbon
– klik tombol Pilih Foto (Sebaiknya foto berlatar belakang Bendera Merah Putih)
– lalu pilih foto yang ingin
digunakan di gadget anda, lalu klik ok
– sesuaikan foto dengan frame yang ada
– jika sudah pas, lalu klik Crop!
– tunggu proses selesai
– klik download
– selesai.
Sumber: pdiperjuangan.id