
PDI-Perjuangan memecahkan rekor kemenangan pada pemilu legislatif pasca-reformasi dengan menang dua kali berturut-turut. Kepemimpinan Ibu Hj. Megawati Soekarnoputri dan Jokowi effect dinilai jadi modalnya.
Hasil rekapitulasi suara nasional Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyebutkan PDIP sebagai peraih suara tertinggi pada Pileg 2019. ‘Banteng’ disebut mendapat 27.053.961 suara atau 19,33 persen suara sah di Pemilu 2019.
“Sejak Pemilu 1999, untuk pertama kalinya dua pemilu legislatif terakhir berturut-turut dimenangi oleh satu partai, yaitu PDIP,” kata Pengamat politik dari Universitas Paramadina Arif Sutanto, beberapa waktu lalu.
Dia mengatakan kemenangan PDIP dua kali berturut-turut itu tak lepas dari berbagai faktor modal kekuasaan yang dimilikinya saat ini.
Ketua Umum PDI Perjuangan Ibu Hj. Megawati Soekarnoputri Faktor pertama, Arif menyebut kuatnya kepemimpinan dari Ketua Umum PDIP
Ibu Hj. Megawati Soekarnoputri masih memegang peran kunci dalam mendongkrak suara PDIP di Pemilu 2019 ini. Arif menilai sosok
Ibu Hj. Megawati Soekarnoputri menjadi perekat bagi para kader PDIP dan menjaga soliditas parpol.
“Di bawah kepemimpinan Ibu Hj. Megawati Soekarnoputri, PDIP mampu menjaga soliditas partai, sementara beberapa partai lain mengalami friksi berkelanjutan yang menggoyahkan keseimbangan organisasi,” kata dia.
Meski begitu, Arif menyatakan ada kekurangannya saat PDIP terus-menerus dipimpin Ibu Hj. Megawati Soekarnoputri. Ia khawatir pemusatan kekuasaan itu membuat ‘Banteng’ memiliki ketergantungan dan akan memperlemah independensi organisasi.
Faktor kedua, Arif menilai PDIP turut mendapatkan keutungan besar dari efek ekor jas atau coat-tail effect atas pencalonan Joko Widodo sebagai calon presiden. Sebab, kata dia, PDIP sendiri merupakan salah satu partai pengusung sekaligus partai tempat Jokowi bernaung.
“Kemampuan Jokowi untuk menjaga relasi dengan elite partai dan dengan massa pemilih memberi kontribusi bagi rendahnya split voters di kalangan pemilih,” kata dia.
Sosok Presiden Jokowi, yang merupakan kader PDIP, disebut ikut mengerek suara ‘Banteng’. Faktor ketiga, lanjut Arif, PDIP masih memiliki basis pemilih yang kuat dan loyal, terutama di Pulau Jawa. Hal ini terbukti dengan kemenangan PDIP di Jawa Tengah dan Jawa Timur di Pileg 2019.
“Ini berkat konsistensi mereka pada periode 2009-2014. Namun, mereka pun patut mengambil pelajaran dari kegagalan sebagian calon yang mereka usung pada Pilkada serentak 2017 dan 2018,” kata dia.
Terpisah, Politikus PDIP Eva Kusuma Sundari mengakui bahwa efek ekor jas dari pencalonan Jokowi turut berdampak besar bagi kemenangan PDIP di Pemilu 2019.
“Ini ada faktor coat-tail effect Jokowi, Jokowi effect,” kata Eva.
“DPP sengaja merekrut para caleg kuat untuk menantang petahana. Ada joke dari Ketua umum PDIP bahwa persaingannya seperti gladiator, keras dan ketat,” kata dia. hasanah.id