Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri menyampaikan pesan kepada seluruh calon kepala daerah dan wakil kepala daerah agar tidak terpancing provokasi pihak lawan. Saat ini pihak lawan memang mulai goyah, karena berbagai survei menyatakan elektabilitas partai yang dipimpinnya terus naik.
Pesan itu disampaikan saat menutup Sekolah Partai Angkatan ke VI PDI Perjuangan yang diikuti 91 peserta cagub, cawagub dan cawali/cabup serta wakilnya.
“Ada indikasi lawan melakukan hal-hal yang negatif. Jangan sampai terpancing. Kita tetap berjalan sesuai dengan apa yang dilakukan, itu biar ditangani oleh pihak berwenang. Kelihatan indikasinya kita memang dipancing, untuk paling tidak kita emosi dan lain sebagainya,” kata Megawati di Depok, Jawa Barat, Jumat (2/2).
Menurut Megawati, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap PDIP yang cenderung naik, harus terus dijaga. Seluruh kader partai harus terus berjuang, bekerja keras untuk memenangkan hati rakyat.
Kader partai jangan terpaku hanya kepada survei, namun harus benar-benar turun ke bawah menyelami hidup keseharian rakyat. Faktor ini pula yang membuat Megawati pada periode pertama lalu memilih pasangan Ganjar Pranowo dan Heru Sudjatmoko yang saat itu elektabilitasnya hanya 6 persen. Dan ini dilakukan di basis massa PDI Perjuangan.
“Ada dua faktor harus dimaksimalkan, bagaimana dapat menarik hati serta mendekati rakyat. Pak Ganjar orangnya senyum terus, sangat senang menyalami rakyat. Pak Heru orang tua yang mengayomi dan bijak,” ujar Megawati.
Putri Bung Karno itu juga meminta, jika peserta Sekolah Partai Angkatan ke VI nanti terpilih memimpin sebuah provinsi, kota dan kabupaten, agar selalu dekat dengan rakyat dan mau menyentuh mereka secara langsung. Hindari sikap mentang-mentang telah mendapat pengawalan, malah justru menjauh dari rakyat.
“Kalau salaman sama rakyat itu tidak boleh bilang capek. Alhamdulillah tangan saya ini sudah menyalami jutaan tangan orang. Bukan hanya orang yang tangannya bersih, dengan penderita kusta saya sudah pernah bersalaman, dengan penderita HIV/AIDS saya juga sudah bersalaman, penderita TBC saya sudah bersalaman. Karena itu rakyat kita, jangan membeda-bedakan. Body language pemimpin harus tulus, akan kelihatan kalau pura-pura,” ujar Megawati.
Sekolah Partai bagi kader, lanjut Megawati, adalah salah satu sarana untuk menimba ilmu dan pengetahuan. Bung Karno pernah mengatakan kepada Megawati bahwa mencari pengetahuan bisa berlangsung seumur hidup dan ada dimana-mana.
Ia mengaku gembira kalau Sekolah Partai berguna bagi para kader. Sekolah Partai ini digunakan sebagai wahana untuk berjuang, forum berkumpul, serta saling menyapa satu dengan lainnya.
“Sebenarnya inti dari Pancasila adalah gotong royong, implementasinya Trisakti, seperti dikatakan oleh Pak Anton Charliyan tadi. Sebetulnya tidak perlu baca buku tebal-tebal, ekstraksinya gotong royong sebagai budaya bangsa. Jadi, sebenarnya kita sebagai pemimpin sangat mudah kalau gotong royong sebagai arah dan tujuan,” ujar Megawati.
Megawati menjelaskan bahwa Pancasila sebagai bintang penuntun (leitstar) adalah untuk memandu apa yang seharusnya kita perbuat demi kepentingan Indonesia Raya. PDI Perjuangan membumikan hal itu melalui Pola Pembangunan Berdikari yang diambil dari konsepsi Bung Karno tentang Pembangunan Semesta Berencana. Pola Pembangunan Semesta Berencana ini dikumpulkan dari pikiran kurang lebih 600 ahli di bidangnya masing-masing.
“Kami bedah kembali, mengapa tidak dipergunakan dan tentunya kita tahu sejarah bangsa. Saya sudah memikirkan sekolah seperti ini, juga untuk kalangan eksekutif dan legislatif. Agar mereka mendapat pencerahan. Sehingga mereka bisa terus menyimak dan sebagai pemimpin tahu apa yang seharusnya mereka lakukan,” jelas Megawati. jabarkahiji.id