
“… Kawasan itu disesaki kios-kios yang menjual hasil laut. Airnya kotor. Daun-daunan, kepala ikan, dan sampah terapung di permukaan air. Bau amis dari ikan mati memenuhi udara. Namun, selagi aku dibantu menaiki anak tangga dari batu yang menuju ke daratan, aku berpikir, ‘Inilah pemandangan paling indah yang pernah kulihat dalam hidupku’,” ucap Bung Karno.
Inilah sepenggal kalimat Bung Karno saat menginjakkan kakinya di Pasar Ikan pada tahun 1942, setelah 13 tahun dalam pengasingan.
Untuk dapat berlabuh di Pasar Ikan, Bung Karno dan rombongan menempuh perjalan laut selama empat hari empat malam dari Palembang. Bukanlah kapal besar yang menjadi tumpangan Bung Karno, melainkan sebuah perahu yang panjangnya 8 meter dengan sebuah mesin kecil. Perahu inilah yang membawa Bung Karno hingga merapat di Pasar Ikan.
Setelah bersandar di Pasar Ikan ini, Bung Karno kembali bertemu dengan Bung Hatta. Di Pasar Ikan dengan bertemankan aroma yang tentunya tidak ‘asyik’ mereka langsung membahas soal pendudukan Jepang dan menyusun strategi demi membangkitkan kembali semangat nasionalisme rakyat Indonesia.
“Selintas pandang terhadap tanah tumpah darahku yang tercinta tampak melalui teluk dari laut Jawa. Petang itu udara panas terik dan kami bergerak melewati iring-iringan perahu penangkap ikan dan sampan-sampan nelayan yang berbau anyir, di luar akuarium yang dibuat di dalam dok dan pelabuhan Pasar Ikan yang begitu sempit, hingga tidak mungkin dua perahu berpapasan,” ucap lirih Bung Karno bercampur bahagia mengutarakan pandangannya tentang Pasar Ikan.
Sekarang, setelah lebih kurang 74 tahun berlalu dari peristiwa tersebut, kondisi Pasar Ikan masih dalam kondisi kumuh dan bertambah padat karena jumlah rumah yang berdiri di atas kali semakin bertambah.
Pada awalnya, Pasar Ikan ini dihuni para nelayan dari Jawa pesisir, yakni Indramayu, Cirebon, Brebes, dan Tegal awalnya bekerja sebagai para penggali tanah kemudian memilih untuk menjadi nelayan.
Namun, menurut beberapa saksi nelayang yang masih bertahan di Pasar Ikan, mengatakan bahwa puncak ramainya Pasar Ikan karena adanya kegiatan pelelangan ikan adalah pada tahun 70-an.
Hingga tahun 80-an, Pasar Ikan masih ramai. Selain terkenal sebagai pemasok ikan terbesar di Jakarta, juga dijadikan sebagai sentra kuliner laut dan sentra kerajinan laut/
‘Selamat Memperingati Hari Nelayan Nasional.Jagalah laut Indonesia demi kesejahteraan nelayan’
Sumber: pdiperjuangan.id












