Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, mendorong kader untuk menanam makanan pendamping beras. Nasi memang menjadi makanan pokok utama masyarakat Indonesia yang mengandung karbohidrat. Terdapat beberapa bahan makanan yang bisa menjadi pengganti nasi karena memiliki kandungan karbohidrat cukup tinggi.
Kita sering mendengar istilah “belum makan kalau belum makan nasi”. Istilah ini merujuk kepada kebiasaan masyarakat Indonesia yang menjadikan nasi sebagai bahan pokok utama. Nasi memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi. Meskipun demikian, banyak juga orang yang mengkonsumsi nasi bersama karbohidrat lainnya.
Menurut data Kementerian Pertanian RI, Konsumsi beras pada 2020 yakni 784,8 ton kapita/tahun. Konsumsi tertinggi beras di Indonesia yakni pada 2017 sebesar 868,2 ton kapita/tahun. Pada tahun berikutnya, konsumsi Indonesia terus mengalami penurunan hingga tahun 2020.
Saat ini Pemerintah melalui Kementerian terkait juga terus mendorong program penganekaragaman pangan dengan terus mendorong produksi dan konsumsi pangan lokal hingga pengolahannya. Di samping manfaatnya sebagai sumber energi, kandungan karbohidrat pada nasi juga perlu diwaspadai, karena dapat meningkatkan resiko pada kesehatan.
Berikut ini 10 sumber pangan alternatif pendamping beras, di antaranya; Hanjeli, Sukun, Porang, Pisang, Talas, Ubi, Singkong, Sagu, Sorgum dan Jagung.
Hanjeli (Coix lacyma-Jobi L.) merupakan sejenis tumbuhan bijibijian tropis dari suku padi-padian atau Poaceae. Beberapa varietas tanaman ini memiliki biji yang dapat dimakan, dijadikan sumber karbohidrat dan juga obat.
Biasa dinikmati dalam bentuk bubur, tape, dodol dan sebagainya. Bagian biji dari varietas mayuen mengandung gizi setara beras, yaitu dalam 100 g bahan mengandung karbohidrat (76,4%), protein (14,1%), serta lemak nabati (7,9%), dan kalsium (54 mg).
Sukun adalah nama sejenis pohon yang berbuah. Buah sukun tidak berbiji dan memiliki bagian yang empuk, yang mirip roti setelah dimasak atau digoreng. Karena itu, orang-orang Eropa mengenalnya sebagai “buah roti”. Sukun sesungguhnya adalah kultivar yang terseleksi sehingga tak berbiji. Kata “sukun” dalam bahasa Jawa berarti “tanpa biji” dan dipakai untuk kultivar tanpa biji pada jenis buah lainnya, seperti jambu klutuk dan durian.
Di daerah Pasifik, kulur dan sukun menjadi sumber karbohidrat penting. Di sana dikenal dengan berbagai nama, seperti kuru, ulu, atau uru. Nama ilmiahnya adalah Artocarpus Altilis. Beberapa jenis nutrisi yang terkandung di dalam buah sukun antara lain: Karbohidrat kompleks, Protein, Serat, Air, Kalium, Zat besi, Kalsium, Magnesium, Zinc, Fosfor, Vitamin B, vitamin C, beta karoten, folat, dan vitamin E.
Porang merupakan tanaman jenis umbiu-mbian yang biasanya diolah menjadi beras, shirataki, bahan campuran pada kue, roti, es krim dan sirup. Porang memiliki kandungan karbohidrat yang baik untuk kesehatan. Porang kini menjadi unggulan di Indonesia, sebagai sumber karbohidrat pengganti/pendamping nasi dan memiliki masa depan cerah di sektor pertanian nasional, serta akan menjadi komoditas ekspor yang sangat menjanjikan. Di beberapa daerah, porang dikenal dengan nama yang berbeda-beda. Ada yang menyebutnya iles-iles, iles kuning acung atau acoan. Sepintas, tanaman porang mirip dengan suweg (Amorphophallus Campanulatus), iles-iles putih (Amorphophallus Spp), dan walur (Amorphophallus variabilis).
Sorgum adalah tanaman serbaguna yang dapat digunakan sebagai sumber pangan, pakan ternak dan bahan baku industri. Sebagai bahan pangan, sorgum berada pada urutan ke-5 setelah gandum, jagung, padi, dan jelai. Sorgum merupakan makanan pokok penting di Asia Selatan dan Afrika sub-sahara.
Sorgum juga mengandung serat tidak larut air atau serat kasar dan serat pangan, masing-masing sebesar 6,5% – 7,9% dan 1,1% – 1,23%. Kandungan protein pun seimbang dengan jagung sebesar 10,11% sedangkan jagung 11,02%.
Begitu pula dengan kandungan patinya sebesar 80,42% sedangkan kandungan pada jagung 79,95%. Hanya saja, yang membuat tepung sorgum sedikit peminat adalah karena tidak adanya gluten seperti pada tepung terigu. Masyarakat indonesia sudah tenggelam dalam nikmatnya elasitisitas terigu, karena tingginya gluten, dan inilah yang membuat adonan mie, dan roti menjadi elastis.
Sumber : PDIPerjuangan.id