Wakil Ketua DPRD Jabar, Dr. Hj. Ineu Purwadewi Sundari., S.Sos., M.M. mengajak masyarakat untuk terus merawat warisan kuliner yang tercantum dalam buku legendaris “Mustika Rasa”.
Legislator PDI Perjuangan ini menyebut, buku ini tidak hanya berisi resep, tetapi juga menyoroti keanekaragaman bahan pangan lokal, cara pengolahan tradisional, dan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam setiap hidangan.
“Presiden Soekarno terkenal sebagai pemimpin negara yang menjunjung tinggi kuliner Indonesia. Buku Mustika Rasa tidak hanya berisi resep makanan khas Indonesia, tetapi juga memuat informasi seputar dapur dan pangan. ‘Mustika Rasa’ adalah bukti nyata dari keberagaman kuliner Indonesia yang harus kita lestarikan.,” terang Ineu.
Ineu mengatakan bahwa menjaga dan merawat warisan kuliner menjadi sangat penting karena kuliner merupakan bagian dari identitas nasional.
“Setiap hidangan dalam “Mustika Rasa” menggambarkan keunikan dan keberagaman daerah-daerah di Indonesia,” sebutnya.
“Dengan melestarikan resep-resep tradisional, kita juga turut mendukung para petani dan produsen lokal yang menyediakan bahan-bahan dasar masakan ini,” sambung Ineu.
Bendahara DPD PDI Perjuangan Jawa Barat ini juga menyebut merawat Mustika Rasa turut menjadi sarana pendidikan generasi muda.
“Penting untuk mengenalkan dan mengajarkan generasi muda tentang kekayaan kuliner tradisional agar mereka bisa menghargai dan meneruskan tradisi ini,” tegasnya.
Selain itu, Ineu mengajak masyarakat untuk mempelajari dan memasak resep tradisional untuk membantu melestarikan resep tersebut.
“Selalu usahakan untuk menggunakan bahan-bahan lokal yang segar dan asli. Ini tidak hanya mendukung ekonomi lokal tetapi juga menjaga keaslian rasa dari masakan tradisional,” tukas Ineu.
Adapun Mustika Rasa, merupakan kumpulan resep masakan dari seluruh Indonesia. Dikerjakan oleh sebuah panitia di Departemen Pertanian, buku setebal tak kurang 1.200 halaman ini mencerminkan upaya Bung Karno dalam merancang politik kedaulatan pangan pada awal dasawarsa 1960-an.
Di awal dasawarsa 1960-an, Bung Karno merancang sebuah politik pertahanan pangan– kemudian menjadi politik kedaulatan pangan–dalam Dewan Perancang Nasional. Dari situ Bung Karno mencari akal bagaimana caranya menemukan alat untuk menyampaikan gagasan itu. Kemudian disampaikan dalam buku Mustika Rasa.
Mustika Rasa merupakan kumpulan resep masakan dari seluruh Indonesia, setebal tak kurang 1.200 halaman, yang dikerjakan sebuah panitia di Departemen Pertanian selama bertahun-tahun. Situasi politik pasca-Peristiwa G 30 September 1965 nyaris membuat buku itu tidak bisa diterbitkan. Tapi, akhirnya Mustika Rasa bisa terbit di 1967.
Sumber : Hasanah.id