Presiden kelima Republik Indonesia, Ibu Megawati Soekarnoputri memuji industri kreatif Indonesia yang kini menjadi salah satu penyangga ekonomi nasional. Hal itu disampaikannya saat menjadi keynote speaker dalam acara pagelaran An Exotic Journey to Nusantara karya Samuel Wattimena, Sabtu (27/3/2021).
“Sektor ekonomi kreatif yang dahulu secara ekonomi memiliki arti kecil dan bersifat sampingan, sekarang telah berubah. Ekonomi kreatif menunjukkan potensinya menjadi kekuatan ekonomi yang tangguh, dan mampu menjadi salah satu penyangga perekonomian nasional. Ekonomi kreatif adalah nilai yang tercipta dari suatu ide,” kata Megawati.
Sebagai bukti, berdasarkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, bahwa sub sektor fesyen berkontribusi besar dalam PDB ekonomi kreatif Indonesia yang mencapai 41,4 persen. Lebih tinggi dari kuliner dan kriya yang berkontribusi di bawah 20 persen.
“Bagi saya, sama membahagiakannya saat mengetahui Indonesia merupakan negara ketiga, setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan yang kontribusi ekonomi kreatifnya besar bagi perekonomian nasional,” jelas Ibu Megawati.
Beliau menyatakan bicara fesyen Indonesia, maka berkaitan dengan wastra atau kain tradisional. Menurutnya, wastra nusantara setiap helai benang dan bubuhan motifnya adalah karya yang memiliki ciri khas, simbol, warna, ukuran, hingga material dipengaruhi kultur sosial masyarakat Indonesia.
“Indonesia memiliki teknik wastra atau kain tradisional terlengkap di dunia, dan nenek moyang kita berhasil membuatnya menjadi identitas nusantara, seperti batik, songket, sulam, ikat, tapis, dan lainnya, banyak banyak lainnya,” ungkap Ibu Megawati.
Ketua Umum PDI Perjuangan ini menyinggung salah satu fesyen yakni batik, yang perajinnya telah tumbuh subur di berbagai daerah. Menurutnya, dari tahun ke tahun batik selalu mengalami perkembangan.
“Sepanjang sejarahnya, perkembangan batik Indonesia dipengaruhi juga oleh para pedagang asing dan juga pendatang. Beberapa sumber menyebutkan batik Indonesia mencapai puncak kreativitasnya pada 1890 hingga 1910. Pada zaman tersebut telah muncul batik Belanda, batik Cina, atau batik Hokokai,” kata Ibu Megawati.
Sekira tahun 1955, Presiden Sukarno mendorong terciptanya gaya baru batik, yaitu Batik Indonesia. Bung Karno menginginkan batik yang menampilkan nilai seni budaya sebagai jati diri bangsa sekaligus menyuarakan pesan persatuan Indonesia.
Pada waktu itu Bung Karno memerintahkan Go Tik Swan membuat Batik Indonesia. Batik baru yang melambangkan semangat kebangsaan.
“Bung Karno menginginkan desain Batik Indonesia tersebut mencerminkan penggabungan rasa persatuan, nasionalisme dan romantisme, yang mampu mendukung proses nation building,” tutur Ibu Megawati.
Akhirnya ditemukanlah Batik Indonesia adalah perpaduan Batik Klasik dan Batik Pesisiran. Batik Klasik perpaduan warna coklat, hitam, dan kebiruan. Sedangkan Batik pesisiran yang kaya warna. Batik Indonesia dikembangkan menggunakan warna-warna cerah. Kemudian beberapa desain baru muncul, seperti Cenderawasih, Seruni, Sandang Pangan, Udang, dan sebagainya.
Para pengamat sejarah menyimpulkan kebangkitan Batik sesudah perang diumnginkan oleh jasa Bung Karno, Hardjonagoro (Go Tik Swan), dan Ibu Sud. Mereka melahirkan Batik Indonesia, suatu gerakan membawa kembali pola-pola tradisional yang hampir terlupakan.
Batik kemudian menjadi warisan budaya dunia milik Indonesia setelah ditetapkan oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009. Pemerintah Indonesia pun menjadikan 2 Oktober sebagai hari Batik Nasional yang selalu diperingati setiap tahunnya.
Sementara itu, perancang mode yang fokus pada kain nusantara, Samuel Wattimena, sangat yakin produk lokal Indonesia bisa mendunia.
Ia mengatakan karya lokal Indonesia tidak kalah dengan negara-negara maju. Buktinya, saat ini dia bersama The Palace merancang perhiasan yang tentunya banyak mengangkat kearifan lokal.
“Jadinya, kalau yang tadinya kita sibuk untuk meng-ekspor produk saja, sekarang kita bisa mengekspor produk dan menarik mata dunia untuk melihat kelokalan kita,” kata Sammy kepada liputan6.com.