Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menegaskan partai bukan hanya sekadar alat kekuasaan, melainkan alat perjuangan untuk mencapai tujuan bernegara seperti memajukan kesejahteraan umum hingga mencerdaskan kehidupan bangsa.
“Berpartai bukan hanya sekedar alat kekuasaan,” kata Hasto dalam talkshow Mata Lokal Memilih Tribun Network bertajuk ‘Partai Baru vs Partai Lama: Dinamika Pendaftaran, Verifikasi Partai Politik Peserta Pemilu 2024’ di Studio 1 Kompas TV, Jakarta, Senin (5/12).
“Partai memang menjadi alat perjuangan untuk mencapai tujuan bernegara juga. Sehingga berpolitik untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, kemudian memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,” lanjutnya.
Ia menuturkan partai merupakan wadah untuk menyiapkan calon-calon pemimpin melalui proses kaderisasi dan pendidikan politik.
“Jadi kita harus berfikir jerni di dalam fungsi partai ini kan salah satunya menyiapkan calon-calon pemimpin, rekruitmen, pendidikan politik, kaderisasi kepemimpjnan sehingga partai bertanggungjawab bagi masa depan,” ucap Hasto.
Karenanya, Hasto menekankan pentingnya dibuat pengaturan bagi partai politik dalam mengikuti pemilu.
“Oleh karena itu di dalam pelaksanannya, di dalam tata penyelenggaraan pemerintahan yang baik diperlukan pengaturan atas dasar ideologi dan konstitusi itu,” ucapnya.
Hasto Kristiyanto juga tak menampik jika regulasi soal partai baru mengikuti Pemilu perlu diperketat.
Pasalnya, Hasto menilai jika salah satu fungsi partai politik adalah melahirkan calon-calon pemimpin masa depan. Mulai dari pendaftaran, sekolah partai hingga pendidikan politik bagi kader.
“Partai memang menjadi alat perjuangan untuk mencapai tujuan bernegara juga, sehingga berpolitik untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, kemudian memajukan kesejahteran umum, mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga berpartai bukan hanya sekedar alat kekuasaan,” kata Hasto dalam kesempatan yang sama.
“Oleh karena itu, di dalam pelaksanannya, di dalam tata penyelenggaraan pemerintahan yang baik diperlukan pengaturan atas dasar ideologi dan konstitusi itu,” sambungnya.
Hasto pun mengungkapkan soal perjuangan reformasi, yakni mengkoreksi model kekuasaan otoriter orde baru.
Di mana saat itu partai hanya dipaksa hanya melakukan konsolidasi menjadi 3 partai besar. Dan kemudian partai itu terbukti dalan praktek demokrasi hanya menjadi asesoris khususnya PDIP dan PPP.
Sehingga, kata Hasto, muncul semangat untuk mereformasi agar nilai-nilai demokrasi kembali muncul, dan kemudian partai muncul bak cendawan di musim penghujan.
“Sehingga diperlukan aturan bagaimana setiap partai yang bediri tidak otomatis bisa ikut pemilu. Dulu ada partai yang berdiri, yang ketumnya adalah suami dalam satu keluarga, sekretarisnya adalah anaknya, bendahara istrinya, itu muncul partai-partai seperti itu. Lalu terjadi kerumitan dalam demokrasi,” jelas Hasto.
Dia juga mengatakan, bahwa partai yang akan mengikuti Pemilu perlu adanya persyarayatan khusus. Semisal, kata Hasto, bagaimana dalam permainan sepak bola yang masuk ke dalam Piala Dunia perlu mengikuti persyaratan kualifikasi. Lalu, bagaimana persyaratan diperlukan saat mendaftar ke perguruan tinggi untuk menjadi mahasiswa.
“Masa untuk ikut pemilu, ada syarat. Sehingga sesustu yang wajar,” ucap Hasto.
Kedua, lanjut Hasto, diterapkan yang namanya parlementary treshold agar jumlah parpol sesuai dengan sistem politik dan pemerintahan.
“Akan efektif bekerja pada padanan multi partai sederhana, bukan multi partai kompleks,” jelasnya
“Jadi yang ada menurut saya bukan berlebihan, peraturan yang ada justru untuk mewujudkan iklim yang sehat agar partainya juga kuat, agar partainya mengakar terlebih dahulu,” terang Hasto.
Sumber: gesuri.id