Kelangkaan minyak goreng di pasar tradisional maupun toko ritel, berdampak membuat aksi borong atau panic buying dengan memborong minyak goreng yang tersedia di pasaran.
Minyak goreng saat ini menjadi bahan pokok yang langka dan membuat resah kaum ibu. Tak terkecuali, Wakil Ketua DPRD Jawa Barat DR. Hj. Ineu Purwadewi Sundari, S.Sos., M.M., pun turut merasakannya.
“Bukan karena saya di DPRD , sehingga tidak ikut resah ketika harga minyak goreng naik terus, malah sempat ada kelangkaan minyak goreng di toko retail. Saya juga kan ibu rumah tangga seperti ibu-ibu lainnya,” ujar Ineu saat dikonfirmasi.
Ineu menegaskan, dirinya sangat memahami kesulitan yang dirasakan masyarakat. Menurutnya, stabilisasi harga minyak goreng sangat dibutuhkan oleh masyarakat dan para pelaku usaha UMKM.
“Apalagi sekarang kan mau bulan Puasa pasti ada kekhawatiran ibu-ibu rumah tangga kalau situasinya masih begini. Makanya saya meminta kepada pemangku kebijakan untuk terus mengawasi dan mencari solusi agar harga minyak goreng kembali stabil, terjangkau dan pasokannya aman,” imbuh politisi PDI Perjuangan ini.
Diapun turut prihatin karena sempat terjadi panic buying. Hal itu terjadi karena masih ada anggapan harga minyak goreng kemasan premium Rp14.000/liter hanya bersifat sementara dengan stok yang terbatas ditambah menghadapi bulan Puasa. Selain itu, saat ini masih dalam masa dihadapkan dengan pandemi.
“Memang saya belum mendapatkan informasi sampai kapan kebijakan keseragaman harga minyak goreng ini. Saya berharap kondisi akan segera stabil, sayapun mengimbau kepada masyarakat jangan panic buying, belilah sesuai dengan kebutuhan,” imbuhnya.
Disisi lain, Ineu mulai mengurangi penggunaan minyak goreng di rumahnya.
“Saya pribadi sampai menyuruh yang di rumah jangan goreng-goreng wae, direbus atau dikukus. Ya, kemarin sempat ikut panik karena minyak goreng yang biasanya ada tetapi ketika orang rumah mau belanja malah kosong,” paparnya.
Menurut Ineu, ada hikmah dibalik kelangkaan minyak goreng saat ini, keluarga atau orang-orang dirumahnya mulai mengurangi masakan yang digoreng.
“Di rumah biasanya ada gorengan, memang kalau keseringan juga tidak bagus untuk kesehatan, ya sekarang mulai dikurangilah. Setidaknya kurangi masakan yang menggunakan minyak goreng yang berlebihan,” tutur Ineu.
Dia dan keluarganya mengaku menyukai gorengan. Namun, bukan berarti harus selalu ada.
“Dengan susahnya minyak goreng, setidaknya orang rumah bisa mengubah pola hidup bisa menjadi lebih sehat,” pungkas Ineu.
Sumber: hasanah.id