BANDUNG – Jajaran pengurus DPD PDI Perjuangan Jawa Barat bersama anggota fraksi, sayap dan badan partai berziarah ke makam Ki Marhaen yang berada di Jalan Batununggal, Kelurahan Mengger, Kecamatan Bandung Kidul, Kota Bandung, Kamis (9/1/2025).
Ketua DPD PDI Perjuangan Jabar, Ono Surono mengatakan ziarah ke makam Marhaen ini sebagai rangkaian hari ulang tahun ke-52 PDI Perjuangan pada 10 Januari 2025, dan secara serentak dirayakan diseluruh Indonesia.
“Besok, di DPP ada perayaannya dan bisa disaksikan secara hybrid oleh seluruh kader dari tingkat provinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan, desa, sampai RT, RW, dan dusun secara virtual. Lalu, akan ada beberapa kegiatan lainnya, seperti potong tumpeng dan membagikannya ke masyarakat supaya masyarakat turut merayakannya,” kata Ono didampingi Bendahara DPD PDI Perjuangan Jawa Barat Ineu Purwadewi Sundari.
PDI Perjuangan Jawa Barat, kata dia, juga akan berkunjung ke beberapa panti asuhan untuk memberikan tumpeng dan bantuan sekaligus dalam menyambut Rajaban.
“Kalau di tingkat nasional, itu ada beberapa kegiatan, semisal Soekarno Run baik 5km maupun 10km. Mungkin kami di Jabar juga bakal menggelar namun mungkin saat menyambut bulan bung Karno di Juni nanti,” ujarnya.
Disinggung terkait kondisi makam Marhaen yang perlu adanya pemugaran, Ono pun mengaku pihaknya selalu mengupayakan hal itu ke gubernur-gubernur sebelumnya. Tetapi, fokusnya terlebih dahulu mengupayakan status makam Marhaen.
Sebab, ketika status makamnya menjadi bagian sejarah Indonesia, tentu pemugaran atau renovasi bisa membuat makam tersebut menjadi titik sejarah bangsa dan lebih baik lagi.
“Dari dahulu beberapa gubernur sudah disampaikan untuk lakukan pemugaran. Ya mungkin, kemarin-kemarin (gubernur) belum sempat, maka kami akan upayakan ke gubernur yang baru,” katanya.
Sosok Marhaen di mata Ono, merupakan salahsatu masyarakat kelas bawah yang menjadi teman diskusi Bung Karno.
Pasalnya, masa muda Bung Karno itu dihabiskan di Bandung. Bahkan, Bung Karno banyak melakukan pergerakan politik yang berujung pada Indonesia merdeka.
“Untuk Indonesia merdeka ini kan tentunya perlu dasar, maka Bung Karno mencoba menggali apa sih keistimewaan Indonesia. Dahulu kan ada dua ideologi besar di dunia, yakni komunisme dan liberalisme. Sedangkan Indonesia kan tak masuk keduanya. Indonesia itu ya Marhaen, yakni merdeka, sawah milik sendiri, cangkul punya sendiri, menggarap (sawah) sendiri, dan hasilnya untuk sendiri. Tapi, kondisinya tak kaya, maka itulah ciri khas Indonesia dan muncul yang dinamakan Marhaenisme,” kata Ono.
Selain sosok Marhaen, Ono pun menyebut banyak tokoh di Jabar yang selalu menjadi teman diskusi Bung Karno dan menginspirasinya guna memerdekakan Indonesia.
“Jadi, Marhaen ini tak lepas dari tonggak sejarah Bung Karno dalam pergerakannya di tanah air. Kami berharap ketika berbicara keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, maka ujungnya ialah terwujudnya Trisakti, serta menjalankan yang namanya Pancasila,” katanya.(*)