KARAWANG ,- Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat , Iis Turniasih melaksanakan Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan di Gor Kantor Desa Cikalong Kecamatan Cilamaya Wetan , Kabupaten Karawang , Kamis (25/08).
Dalam pelaksanaannya kegiatan Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan oleh DPRD Provinsi Jawa Barat mendapatkan respon positif dari masyarakat. Hal tersebut terlihat dari besarnya animo masyarakat yang mengikuti kegiatan tersebut.
Legislator Daerah Pemilihan Jabar X (Kabupaten Karawang dan Purwakarta) Iis Turniasih mengungkapkan, bahwa kegiatan Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan ini merupakan kegiatan yang sangat penting bagi penguatan kesadaran berbangsa dan bernegara khususnya terhadap generasi muda.
Hadir dalam kegiatan Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan tersebut Wakil Ketua DPC PDI Perjuangan Karawang Amanda Rahayu dan Lilis Mintarsih , Ketua PAC PDI Perjuangan Cilamaya Wetan Deni Firdaus , Kepala Desa Cikalong Lili Hermanto , Kepala Desa Cikarang Mukhlisin dan Masyarakat Desa Cikalong.
“Dalam sosialisasi 4 pilar kebangsaan kali ini kita mengundang seluruh tokoh masyarakat karena pastinya mereka sedikit banyak telah paham akan ideologi pancasila dan mereka bisa menjadi Public Relation (PR) untuk menyebarkan kepada masyarakat khususnya di Cilamaya Wetan ini,” kata Iis di Kabupaten Karawang.
Iis juga menambahkan, hal itu sangat penting untuk rutin dilakukan, karena dampak dari pemilihan presiden lalu masih banyak masyarakat yang terpecah belah dan diadu domba mengenai masalah suku dan agama sehingga dan sosialisasi tersebut bisa membawa ke arah yang lebih positif.
“Penting sekali untuk kita sebagai anggota dewan untuk rutin melakukan sosialisasi 4 pilar ini, karena dampak dari pilpres kemarin masih banyak masyarakat yang terpecah karena di adu domba mengenai masalah suku dan masalah agama, sehingga kita harapkan sosialisasi ini bisa membawa dampak positif untuk menyatukan kembali seluruh masyarakat Indonesia khususnya Masyarakat Jawa Barat,” ujarnya.
Sementara itu Insan Prayoga yang menjadi narasumber dalam sosialisasi 4 Pilar tersebut menyoroti tentang masalah intoleransi.
Setelah masa reformasi, Indonesia pernah didapuk sebagai salah satu model negara toleran , tempat agama dan demokrasi dapat hidup secara berdampingan. Akan tetapi, citra tersebut mulai diragukan dalam lima tahun terakhir.
Lebih lanjut, Anggota BSPN DPD PDI Perjuangan Jabar ini memaparkan, sebagaimana laporan Survey PPIM Jakarta tahun 2020 memperoleh data yang mencengangkan, 24,89% mahasiswa memiliki sikap intoleransi yang rendah.
“Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada tahun 2020 melaporkan, potensi Gen-Z (rentang usia 14-19 tahun) terpapar radikalisme mencapai 12,7 persen. Sementara generasi millenial (berumur 20-39 tahun) mencapai 12,4 persen,” tandasnya.