
BANDUNG,- Ketua Komisi I Fraksi PDI Perjuangan Bedi Budiman mengajak generasi muda untuk menumbuhkan kembali nilai-nilai Pancasila dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Bedi, untuk Pancasila harus dijadikan cara hidup (way of life) seluruh anak bangsa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
“Saya mengajak generasi muda untuk menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Bisa dimulai dengan hal-hal sederhana,” kata kata Bedi saat membuka Webinar Festival Pancasila bertajuk “Implementasi Nilai-Nilai Pancasila” di Tengah Covid-19 pada kegiatan puncak Parlemen Mengabdi di Gedung DPRD Provinsi Jawa Barat Jalan Diponegoro Bandung, Senin (29/6).

Menurutnya, Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia, telah berkembang secara alamiah dari perjalanan panjang sejarah, berisikan pandangan hidup, karakter dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
Ia menambahkan, nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam Pancasila itu ialah semangat bersatu, menghormati perbedaan, rela berkorban, pantang menyerah, gotong royong, patriotisme, nasionalisme, optimisme, harga diri, kebersamaan, dan percaya pada diri sendiri.
“Tahun 1960 Presiden Pertama RI Soekarno menyampaikan pidato bertajuk To Build A World The New atau Membangun Dunia Kembali. Hebatnya lagi dalam pidato tersebut, Soekarno mengucapkan salam muslim yaitu Assalamualaikum wr wb. Itu pertamakalinya, apalagi dalam mukadimahnya juga ditulis petikan Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 13,” bebernya.
Hal ini, kata Bedi, merupakan kebanggaan bagi bangsa Indonesia, karena saat itu Presiden Soekarno menawarkan Pancasila pada dunia.
Padahal kondisinya di masa itu, kata Bedi, dunia sedang terbelah menjadi dua blok yakni liberal kapitalis di blok barat dan sosialis komunis di blok Timur.
“Betapa hebatnya Indonesia, dengan percaya diri Bung Karno menegaskan kami tak akan mengikuti dua blok itu, karena kami memiliki pandangan sendiri yakni Pancasia,” ujarnya.
Bedi menambahkan pidato Soekarno tahun 1960 bukan macan kertas. Lantaran 5 tahun sebelumnya yakni di tahun 1955, telah dilakukan Konferensi Asia Afrika (KAA) yang menghasilkan Dasasila Bandung.
KAA ini, kata Bedi, menjadi inspirasi bagi negara-negara di kawasan Asia Afrika untuk meraih kemerdekaan dan juga mengikuti gerakan non blok seperti yang diserukan Soekarno.
“Hikmahnya untuk generasi milienal, bila kita berjuang atas mana pancasila maka persatuan adalah kata kuncinya. Kata persatuan memang mudah diucapkan tapi sesungguhnya berat dilaksanakan,” ujar dia.
Lebih lanjut Bedi menambahkan, para tokoh yang berjuang untuk mempersatukan satu bangsa, bahkan menyatukan antar bangsa, harus memahami relung-relung jiwa, nilai-nilai yang mereka yakini, serta mental yang sabar dan bijaksana.
Intinya, kata Bedi, dia harus cerdas secara intelektual dan spiritual, seperti halnya Soekarno untuk Perjuangan kemerdekaan Indonesia dan KAA 1955.
“Bahkan Mahatma Gandhi, mengalami kekerasan hingga beliau terbunuh, karena pejuang kemerdekaan India tersebut menginginkan kembalinya India bersatu dengan Pakistan dan Bangladesh,” tandasnya. (nie/*)