PDIPERJUANGAN-JABAR.COM – Rapat koordinasi dan pembekalan reguler bulan Mei ini terasa berbeda dari sebelumnya. Para pengurus DPC dan PAC se-Kabupaten Cirebon yang memadati ruang tengah Kantor DPC PDI Perjuangan Kab. Cirebon, Siang itu (Rabu, 04 Mei 2016) seakan terhipnotis dengan penuturan anggota Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI, Drs. Yoseph Oemarhadi.
Bukan karena gaya bicara yang tenang dengan intonasi lembut Yoseph, melainkan isi dari uraian politisi pendamping setia Bu Mega itu yang membuat mereka begitu khusyuk. Bahkan, mata-mata mereka tampak berkaca-kaca. Siang itu, Yoseph mengisahkan pengalamannya selama mendampingi Bu Mega di awal perjalanan berdirinya PDI Perjuangan.
Tepatnya pada tahun 1992, Yoseph yang kala itu berprofesi sebagai wartawan Harian Kompas, bersama beberapa temannya melihat realitas, bahwa rakyat mendambakan iklim demokrasi yang sesungguhnya. Mereka mendambakan sosok pemimpin yang diyakini dapat memberi perlawanan kepada rezim otoriter Orde Baru di bawah pimpinan Presiden Soeharto.
Kala itu, Yoseph dan kawan-kawan yang intens berada di lingkaran Kebagusan meyakini; sosok Bu Mega lah yang dikehendaki rakyat.
“Sejak saat itu, kami berkali-kali membujuk Ibu (Megawati Soekarno Putri—red) untuk tampil. Perlu waktu cukup lama, karena ada komitmen di internal keluarga Bung Karno saat itu, yang tidak akan tampil selama Pak Harto masih hidup,” ungkap Yoseph seraya menambahkan, saat itu Pak Taufik Kiemas pun bersama-sama dengannya meyakinkan Bu Mega.
Kendati demikian, lanjut Yoseph, ia beserta kawan-kawan tak menyerah, dan terus membujuk anak kedua tokoh proklamator RI itu. “Kami terus mencari akal, agar ibu mau tampil,” papar Yoseph seraya menceritakan kisahnya bersama kawan-kawan yang mengumpulkan 70 DPC. Gayung pun bersambut, usaha Yoseph dkk mengumpulkan para pengurus DPC menjelang pelaksanaan Kongres Luar Biasa (KLB) di Surabaya.
Setelah melihat kenyataan rakyat yang membutuhkan dirinya, ditambah dukungan dari 70 DPC tersebut, Megawatipun akhirnya memutuskan siap untuk tampil. “Pada saat itu, kami berupaya agar Ibu menjadi salah satu utusan.
Bukan hal yang mudah, tetapi karena niat tulus kami, Tuhan pun memberi jalan,” lanjut Yoseph sambil terus menerangkan kronologis sehingga Megaqwati berhasil menjadi utusan di Kongres. Pada saat Kongres berlangsung, sambung Yoseph, terjadi kegaduhan yang sengaja diciptakan agar Kongres deadlock. Yel-yel peserta yang sejak awal mengelu-elukan dan mendaulat Megawati sebagai Ketua Umum itulah yang membuat pimpinan sidang (orang-orang Soerjadi—red) membuat keputusan tak terpuji itu.
“Saya teringat, ketika itu suasana kongres benar-benar sengaja dibuat kacau. Saya tak kehilangan akal, saya datangi ruang sound system, kemudian saya bicara agar peserta tenang dan tetap di tempat.” kenang Yoseph. Panitia terkejut, mereka dan petugas Polisi mencari Yoseph Oemarhadi.
“Saat itu, saya masuk kamar Ibu dan bersembunyi di bawah ranjang. Kondisi benar-benar mencekam, kalau saya tertangkap, pasti saya tidak bisa bicara di hadapan saudara-saudara sekarang,” ujar Yoseph. Lebih lanjut Yoseph menuturkan kekagumannya atas kecerdasan Bu Mega, di tengah-tengah tekanan aparat yang menghendaki para peserta kongres membubarkan diri.
“ Ibu mengumpulkan peserta di sebuah ruangan. Beliau katakan, de facto Megawati sekarang Ketua Umum DPP PDI, tinggal kita perjuangkan de jure-nya. Beliau juga meminta peserta kongres untuk membubarkan diri dengan tenang dan tidak membuat keonaran,” sambung Yoseph. Pada bagian lain, Yoseph pun menguraikan tentang pentingnya menjaga komunikasi sesama kader partai.
“Termasuk pertemuan siang ini, jelas merupakan bagian dari membangun komunikasi politik. Saya sangat menghargai komitmen saudara-saudara, sehingga dapat hadir, di tengah kesibukan masing-masing,” pungkas Yoseph Oemarhadi.. **